Minggu, 30 September 2012

DESKRIPSI PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 1994 - 2011


DESKRIPSI PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 1994 S.D. 2011

 

A.     PENDAHULUAN

A.1.        Perkembangan Ilmu Ekonomi

A.2.        Perkembangan Makroekonomi

A.3.        Aspek Ontologi Makroekonomi

A.4.        Aspek Epistemologi Makroekonomi

A.5.        Aspek Aksiologi Makroekonomi

                                                         A.5.1.     Kebijakan Makroekonomi

                                                         A.5.2.     Siklus Aliran Pendapatan dan pengeluaran

                                                         A.5.3.     Perhitungan PDB

B.      DESKRIPSI PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 1994 S.D. 2011 BERDASARKAN PDB RIIL DENGAN TAHUN 2000 SEBAGAI TAHUN DASAR

C.      DESKRIPSI LAJU INFLASI INDONESIA TAHUN 1994 S.D. 2011

 

A.   PENDAHULUAN

 

Dalam bagian pendahuluan ini akan dipaparkan mengenai sedikit penjabaran dalam pembelajaran makro ekonomi, teori dan aplikasi yang telah difahami. Untuk kebenarannya, saya menantikan koreksi dari Dosen yang telah memberikan banyak ilmunya (DR. Kusnendi MS) dan teman-teman seperjuangan yang sama-sama mengikuti perkuliahan ini.

Sebelum mempelajari kembali Ilmu Ekonomi Makro, Teori dan Aplikasinya, alangkah baiknya kalau untuk pendalaman materi pada perkuliahan di pasca ini semua mahasiswa mengerti tentang konsep keilmuannya. Sehingga dapat mengetahui keilmuan Ekonomi secara holistic dan radikal, dan pada akhirnya diharapkan dapat menemukan suatu kebenaran hakiki yang dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan keilmuan ekonomi.

Untuk itu, perkuliahan ini diawali dengan pengenalan konsep dasar kelimuan secara umum. Dimulai dengan sebuah pertanyaan yang mendasar; Apa Ilmu itu ? untuk menjawabnya kita bisa memandang dari 3 hal, yaitu;

a.      Ilmu sebagai proses, yaitu sebagai upaya manusia yang bersifat kognitif dan rasional sehingga dapat menghasilkan sebuah penelitian,

b.      Ilmu sebagai cara/metode, yaitu dengan  menggunakan metode tertentu (metode ilmiah) sehingga manusia dapat memperoleh pengetahuan dengan benar

c.       Ilmu sebagai produk, yaitu merupakan kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis.

Dari ke tiga hal tersebut,  diharapkan dapat diperoleh pengetahuan yang terklasifikasi, sistematis, dan terorganisasi berdasarkan satu atau lebih teori serta sejumlah prinsip umum dengan tujuan mendeskripsikan, menjelaskan, memprediksi, dan dalam situasi tertentu diharapkan dapat mengendalikan berbagai kejadian alam maupun social.

Terdapat 3 pokok masalah keilmuan yang harus dipecahkan oleh setiap keilmuan yang telah tersusun dalam suatu pengetahuan , yaitu;

a.      Aspek Ontologi; menganai apa yang dipelajari atau apa yang menjadi objek studi ilmu ?

b.      Aspek Epistemologi; menganai bagaimana ilmu dapat mempelajari objek studinya ? dan

c.       Aspek Aksiologi; mengenai apa nilai guna dari ilmu tersebut ?

Untuk menjawab ketiga pertanyaan tersebut, akan dibahas lebih lanjut. Namun sebelumnya pembahasan akan diarahkan pada perkembangan ilmu ekonomi secara umum dan kemuidian dilanjutkan dengan perkembangan ilmu ekonomi makro.

 

A.1. PERKEMBANGAN ILMU EKONOMI

Perkembangan Ilmu ekonomi diawali dengan zaman pra klasik yang terdiri dari dua aliran, yaitu fisiokrat dan merkantilis. Aliran fisiokrat berpendapat bahwa kekayaan alam yang dimiliki suatu negara dapat menyebabkan Negara tersebut mencapai kemakmurannya, sehingga Negara yang makmur adalah Negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Tokoh aliran ini dipelopori oleh Francious Quesnay, 1758. Berbeda dengan fisiokrat, aliran merkantilis memandang bahwa suatu Negara akan makmur jika melakukan perdagangan internasional, karena dengan melakukan perdagangan internasional, maka Negara tersebut dapat memperoleh logam mulia (emas), jadi Negara yang makmur adalah Negara yang memiliki emas terbanyak yang diperoleh dari perdagangan internasionalnya.

Setelah kedua aliran ini, kemudian ilmu ekonomi berkembang menjadi suatu keilmuan yang tersusun lebih sistematis  oleh Adam Smith dalam bukunya yang berjudul An inquiry into the nature  and the causes of the wealth of the nations yang kemudian dikenal dengan the Wealth of the nations. Kelahiran buku ini boleh dibilang sebagai kelahiran Ilmu Ekonomi, sehingga adam smith dinobatkan sebagai bapak Ilmu Ekonomi. Dari mempelajari Buku karangan adam Smith ini, telah melahirkan ilmuwan-ilmuwan baru dalam bidang ekonomi, diantaranya; J.B Say (1803), J.S Mill, (1848),Thomas R.Malthus (1798), Dafid Richardo (1817) yang kemudian dikenal dengan aliran klasik. Salah satu teori yang mewakili aliran ini adalah “Supply creates its demand” yang lebih dikenal dengan supply side,  yaitu suatu pendekatan yang lebih menekankan pada sisi penawaran yang berarti bahwa jika ada penawaran, maka secara otomatis (melalui konsep “infisible hand”-nya Adam Smith) akan mendorong permintaannya (tanpa ada campur tangan dari pemerintah, pemerintah hanya bertugas untuk menyediakan infrastrukrur ekonomi dan social serta membuat peraturan-peraturan yang akan meningkatkan efisiensi kegiatan di sector swasta). Dengan asumsi perekonomian selalu berada dalam keadaan full employment.

Seiring dengan berjalannya waktu, teori-teori yang ditemukan oleh aliran klasik bisa dibilang menenukan titik jenuh, dimana asumsi yang dipergunakannya tidak lagi sesuai dengan harapan, kesampatan kerja penuh yang diasumsikan ternyata telah meleset dari prediksi, terbukti pada tahun 1929-1932, perekonomian dunia menghadapi masa depresiasi yang sangat serius. Dalam situasi seperti ini, John Mayed Keynes menemukan formula baru dalam ilmu ekonomi, diantaranya teori-teorinya merupakan sanggahan atas teori klasik yang pada waktu itu telah terbukti tidak dapat mengatasi masalah depresiasi ekonomi dunia. Dalam Bukunya yang berjudul “The General Theory of Employment, Interest and Money”, Keynes mengkritik pendapat ahli ekonomi Klasik yang menyatakan bahwa perekonomian akan selalu mencapai tingkat kesempatan kerja penuh. Menurut Keynes tingkat kegiatan dalam perekonomian akan ditentukan oleh pembelanjaan agregat, produksi barang ditentukan atas dasar permintaan, pemerintah harus ikut mangatur dalam menentukan kebijakan makro ekonomi seperti investasi dalam penentuan tingkat suku bunga. Dan teori lain yang merupakan sisi lain dari teori klasik adalah “Demad creates own supply” yang kemudian dikenal dengan “ demand side”.

Dalam perkembangannya kemudian muncul ilmuwan –ilmuwan yang mendukung teori  klasik teori Keynes. Akhir tahun 1940, muncullah neoclasikkal synthesis.

 

A.2. PERKEMBANGAN ILMU MAKROEKONOMI

Berawal dari adanya dua aliran yang kemudian memunculkan para pendukungnya, sehingga ilmu ekonomi tebagi atas dua mazhab, yaitu Keynesians dan Moneteris. Kedua mazhab ini menimbulkan perdebatan terutama dalam penerapan kebijakan oleh pemerintah. Ada dua kebijakan makroekonomi yang diperdebatkan, yaitu kebijakan fiscal atau kebijakan anggaran yang diusung oleh pendukung keynesian dengan kebijakan moneter yang diusung oleh pendukung moneteris. Menurut pandangan golongan Keynesian kebijakan fiscal adalah efektif sebagai alat untuk meningkatkan kegiatan ekonomi dan pendapatan nasional dan kebijakan moneter bukanlah suatu alat yang efektif untuk meningkatkan kegiatan ekonomi, kebijakan moneter yang tak terkendali manimbulkan liquidity trap dalam perekonomian. Sedangkan menurut pandangan golongan moneteris kebijakan fiscal adalah tidak efektif sebagai alat untuk meningkatkankegiatan ekonomi dan pendapatan nasional, lebih jauh lagi golongan ini berpendapat bahwa kebijakan fiscal yang dijalankan tanpa mempengaruhi penawaran uang akan menimbulkan efek crowding-out ke atas kegiatan investasi.

Debat ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama sampai terjadinya stagflasi tahun 1970-an. Dari tahap ini kemudian melahirkan teori rational Exrectation/(ratex) oleh John Muth dkk.  Serta memunculkan telaah empiris (1970-1980) oleh Robert Hall dkk. Kecenderungan perkembangan selanjutnya (1980 s.d sekarang) terdapat tiga golongan dalam ilmu ekonomi yaitu New Keynesian, Growth Theory dan New Classical Econimics.

 

A.3.     ASPEK ONTOLOGI MAKROEKONOMI

Yang menjadi objek studi makroekonomi dapat dilihat dari pengertiannya yang dikemukakann oleh beberapa ahli sbb;

a.      Samuelson & Nordhaus (2005:66); “Macroeconomics: the study of economic growth and business cycles”

b.      Blanchard (2006:5); “Macroeconomics: The study of aggregate economic variables, such as production for the economic as a whole, or the average price of goos”.

c.       Mankiw (2007:2); “Makroekonomi, study tentang perekonomian secara menyeluruh”.

d.      Froyen (2005:3); “In macroeconomics, we study … in the aggregate. We look at the behavior of the economiy as a whole. The key variables we study include total output in the economy, the aggregate price level, employment and unemployment, interest rate, changing unemployment in periiodes of expansion and recession, and appreciation or depreciation in foreign exchange rates”.

            Dari pengertian tersebut, dapat dijabarkan bahwa makroekonomi mempelajari perekonomian secara keseluruhan (agregatif) lebih jauhnya dalam makroekonomi ini akan dipelajari 4 variabel ekonomi yang merupakan aspek dari dua kebijakan ekonomi, yaitu Kebijakan moneter dan kebijakan fiscal. Variabel dalam kebijakan fiscal meliputi pajak (Taxes), Pengeluaran pemerintah (Government Expediture) dan  Transfer payment. Variabel kebijakan moneter terdiri dari pengaturan atau pengendalian jumlah uang yang beredar di masyarakat. Kedua kebijakan ini kemudian diarahkan untuk mengendalikan perekonomian di suatu Negara agar berada dalam keadaan yang stabil atau “sehat”.

            Dengan kata lain teori makroekonomi merupakan seperangkat konstruk, definisi, asumsi, proposisi dan hipotesis tentang hubungan antarvariabel ekonomi agregarif dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi fenomena yang terjadi dalam kehidupan ekonomi makro.

            Fenomena adalah suatu kejadian atau masalah yang harus dicari solusinya dalam makroekonomi. Yang menjadi masalah dalam makroekonomi adalah;

a.      Jangka pendek, masalah stabilitas: inflasi, pengangguran, ketimpangan naraca pembayaran, nilai tukar mata uang domestic. Teori makroekonomi fluktuasi jangka pendek. Dengan asumsi harga dan upah kaku/ rigid. Masalah ini dapat dianalisis oleh berbagai model seperti; Model Klasik, Model Keynesian Cross Analysis, Model IS-LM, Model AS – AD, dan real Business Cycles Model.

 

b.      Jangka panjang, masalah pertumbuhan ekonomi. Teori makroekonomi fluktuasi jangka panjang. Dengan asumsi harga dan upah fleksibel. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dianalisis melalui teori pertumbuhan ekonomi model klasik, Model Keynesian, model Neo klasik maupun New Growth Theory.

 

Mengenai pertumbuhan ekonomi ini dapat dijelaskan melalui kurva kemungkinan produksi (“production possibility curve”) yaitu kurva yang menggambarkan batas kemungkinan suatu masyarakat untuk memproduksi berbagai kombinasi dua jenis barang dengan biaya/ anggaran yang sama dengan jumlah yang terbatas. Kondisi ini disebut sebagai batas kemungkinan produksi “Production Possibility Frointer” (PPF). Batas kemungkinan produksi ini dapat tercapai dengan asumsi seluruh sumber daya yang ada dapat dipergunakan secara efisien.


            Kurva di atas menggmbarkan bahwa untuk memproduksi lebih banyak S, produksi B harus dikurangi, dengan kata lain, harus ada pengorbanan/ harus ada barang lain yang dikorbankan untuk memproduksi barang lain, mengingat keterbatasan anggaran (Opportunity cost).

            Pertumbuhan ekonomi suatu Negara dalam jangka panjang akan melalui suatu siklus ekonomi yang melalui beberapa tahapan seperti;

a.      Tahap ekspansi, rekoperi atau revival. Dalam tahapan ini perekonomian dicirikan dengan pengeluaran investasi dunia usaha mulai meningkat, sehingga pertumbuhan ekonomi mulai bergerak naik, PDB actual dan kesempatan kerja mulai mengalami peningkatan.

b.      Tahap Kulminasi, titik puncak, titik batas tertinggi atau peak. Dalam tahapan ini perekonomian mencapai titik tertinggi. Tingkat pertumbuhan ekonomi dan PDB actual relative tinggi, serta kesempatan kerja relative besar.

c.       Tahap resesi, kontraksi, atau krisis. Dalam tahap ini kegiatan ekonomi mengalami gejala menurun “downturn”. Pengeluaran investasi mengalami penurunan, sehingga pertumbuhan ekonomi, PDB actual, dann kesempatan kerja menunjukkan penurunan. Jika gejala ini terjadi secara tiba-tiba, maka dinamakan kritis, tetapi jika gejala tersebut terjadi secara perlahan-lahan disebut resesi.

d.      Tahap trough atau titik terendah lower turning point. Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap resesi. Dalam tahap ini kehidupan perekonomian berada dalam kondisi paling rendah. Pengeluaran investasi turun drastic, sehingga pertumbuhan ekonomi, PDB actual dan kesempatan kerja mengalami penurunan yang tajam. Depresiasi adalah trough paling rendah yang pernah dialami oleh suatu perekonomian.

 

A.4.     ASPEK EPISTEMOLOGI MAKROEKONOMI

         Aspek epistemology berkenaan dengan bagaimana sebuah ilmu dapat mempelajari objek studinya. Ilmu mempelajari objek studinya dengan menggunakan metode keilmuan atau metode ilmiah, gabungan antara cara berfikir deduktif (yang dikembangkan aliran filsafat rasionalisme) dan cara berfikir induktif ( yang dikembangkan aliran filsafat empirisme), yang sering juga disebut sebagai proses  logico-hypotetico-verificatif. Merumuskan masalah, menyusun kerangka berfikir, merumuskan hipotesis, mengumpulkan dan analisis data, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan.

         Dalam makroekonomi, aspek epistemology berkenan dengan bagaimana seorang ilmuwan atau peneliti makroekonomi melihat fenomena (misal; terjadinya inflasi) yang muncul di masyarakat dalam suatu negara untuk kemudian dilakukan pengumpulan data (bisa dengan cross section, Time series, ataupun Pooled data) yang selanjutnya dilakukan pengukuran berdasarkan statistic makroekonomi dengan menggunakan variable makroekonomi yang dianalisis dengan model makroekonomi.

         Variabel makro ekonomi adalah besaran yang dapat diukur (atau yang dapat dilaksanakan), yang nilainya dapat berubah-ubah. (Ackley, 1978:6). Variable Makroekonomi terdiri dari

a.      Pendapatan Nasional (Y)

b.      Pengeluaran konsumsi rumah tangga (C)

c.       Pengeluaran konsumsi pemerintah (G)

d.      Pengeluaran Investasi (I)

e.      Tingkat Agregat atau harga Umum (P)

f.        Jumlah Uang beredar (M)

g.      Ekspor (X)

h.      Impor (M)

i.        Permintaan uang (L)

j.        Pajak (TX)

k.       Tabungan Nasional (S)

l.        Tingkat suku bunga (i)

m.    Kurs valuta asing (E)

n.      Permintaan dan penawaran tenaga kerja (Nd  dan Ns),

o.      Tingkat upah agregar (W)

p.      Volume kesempatan kerja (N)

                 Dalam teori makroekonomi, semua variable yang dipelajari sekurang-kurangnya diukur dalam skala interval (dapat dikuantitatifkan secara interval). Variabel yang tidak dapat diukur secara interval atau yang tidak dapat dikuantitatifkan, para ekonom mengklasifikasikannya sebagai dummy variable.

 

A.5.     ASPEK AKSIOLOGI MAKROEKONOMI

                  Aspek aksiologi meliputi apa nilai guna dari teori makroekonomi ? ilmu makroekonomi secara positif dapat menjelaskan dan memprediksikan fenomena-fenomena atau masalah makroekonomi baik jangka pendek maupun jangka panjang. Secara normative, ilmu makroekonomi memiliki kegunaan dalam mengendalikan fenomena yang muncul, yaitu dengan menerapkan kebijakan makroekonomi sehingga dapat tercapai prestasi ekonomi seperti;

a.    Inflasi yang rendah

b.    Tingkat kesempatan kerja yang tinggi/ Tingkat pengangguran rendah

c.    Neraca pembayaran yang berimbang

d.    Nilai mata uang domestic stabil

e.    Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil

 

                                 A.5.1.                KEBIJAKAN MAKROEKONOMI

        Terdapat dua kebijakan makroekonomi yang dapat dipergunakan untuk mengandalikan perekonomian agar tercapai prestasi ekonomi, yaitu

a.        Kebijakan Fiskal/ Kebijakan anggaran

Yaitu upaya pemerintah untuk mempengaruhi kehidupan makroekonomi yang dilakukan memalui system perpajakan (Tx) dan belanja Negara ; pengeluaran konsumsi pemerintah (G), dan pembayaran transfer (Tr).

b.        Kebijakan Moneter

Yaitu upaya pemerintah melalui otoritas moneter (bank central) untuk mempengaruhi kehidupan makroekonomi dengan cara mengendalikan jumlah uang beredar, tingkat bunga, dan kredit.

Dari kedua kebijakan tersebut, diharapkan dapat tercapai prestasi ekonomi sehingga pendapatan perkapita naik secara berkelanjutan.

Contoh kasus pengendalian makroekonomi; pada saat terjadi inflasi, maka dua kebijakan dapat diterapkan untuk mengandalikannya yaitu dengan tigt money policy, sbb;

a.        Melalui kebijakan moneter, pengendalian inflasi bisa dilakukan dengan menarik jumlah uang yang beredar di masyarakat dengan cara, pertama  menaikkan tingkat suku bunga bank, kedua menaikkan cadangan minimum bank umum di bank central, ketiga menaikkan cash ratio, keempat menjual surat-surat berharga pasar modal (Open market operation), kelima memberikan kredit secara selektif (credit selective control).

b.        Melalui kebijakan fiscal, pengendalian inflasi bisa dilakukan dengan menaikkan pajak atau mengurangi subsidi.

                                          

                                      A.5.2.                PELAKU EKONOMI

                    Dalam makroekonomi terdapat 4 pelaku, yaitu;

a.        Sektor rumah tangga. Adalah pemilik dan supplier factor produksi. Pembelanjaan yang dilakukan oleh sector ini disebut konsumsi  (C)

b.        Sektor bisnis. Adalah pelaksana kegiatan produksi. Pengeluaran sector ini untuk pembentukan modal diebut pembentukakn modal tetap domestic bruto atau pengeluaran investasi (I).

c.         Sektor pemerintah. Penyedia barang public dan pengatur kehidupan makroekonomi. Sisi penerimaan sumber utamanya diperoleh dari pajak (Tx) sedang sisipengeluaran meliputi pengeluaran konsumsi pemerintah (G), dan pembayaran transfer (tr)

d.        Sektor luarnegeri. Adalah Negara lain yang melakukan perdagangan dengan sector rumah tangga maupun dengan sector bisnis. Perdagangan ini ditandai dengan adanya ekspor (X) dan impor (M)

 

                                      A.5.3.                PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) DAN PERTUMBUHAN EKONOMI

PDB diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun). PDB berbeda dari produk nasional bruto karena memasukkan pendapatan faktor produksi dari luar negeri yang bekerja di negara tersebut. Sehingga PDB hanya menghitung total produksi dari suatu negara tanpa memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan dengan memakai faktor produksi dalam negeri atau tidak. Sebaliknya, PNB memperhatikan asal usul faktor produksi yang digunakan.

PDB Nominal (atau disebut PDB Atas Dasar Harga Berlaku) merujuk kepada nilai PDB tanpa memperhatikan pengaruh harga. Sedangkan PDB riil (atau disebut PDB Atas Dasar Harga Konstan) mengoreksi angka PDB nominal dengan memasukkan pengaruh dari harga.

Analisa Mekanisme (kinerja) Ekonomi Nasional berdasar PDB melalui 3 pendekatan,yaitu :

1.      Pendekatan Produksi

2.      Pendekatan Pengeluaran/Pembelanjaan

3.      Pendekatan Pendapatan

 

 

1.Pendekatan Produksi

Pendekatan produksi diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai tambah (value added) dari semua sektor produksi. Lalu, besarnya nilai produksi diperoleh dari mana ?

Besarnya nilai produksi (angka-angka PDB) diperoleh dari :
nilai tambah (value added) dari berbagai jenis barang & jasa , yaitu sesuai dengan ISIC (International Standard Industrial Classification)
sektor industri dapat diklasifikasikan menjadi 11 sektor industri, yg biasanya terbagi mjd 3 kelompok besar :

1.Sektor Primer

2.Sektor Sekunder

3.Sektor Tersier

 

Besarnya ‘value added’ tiap sektor, (yi)  adalah;

VAs = OPs – Ips

Value added  atau nilai tambah =  Nilai Output – Nilai Input


Sedangkan nilai PDB-nya diperoleh dengan :

PDB = VAsp + VAss + Vast

PDB = Nilai tambah Sektor primer +Nilai tambah sector sekunder + Nilai tambah sector tersier.


2.Pendekatan Pengeluaran/Pembelanjaan

Perhitungan dilakukan dengan cara menjumlahkan permintaan akhir dari unit/komponen-komponen ekonomi, yaitu:

a.      Konsumsi Rumah Tangga (RT)=C

b.      Perusahaan, berupa investasi/pembentukan modal bruto =I

c.       Pengeluaran Pemerintah (konsumsi/belanja pemerintah) =G

d.      Expor – Impor =( X – M )

Dalam Keseimbangan Perekonomian Nasional, sering di formulasikan dalam persamaan sbb:

PDB = C + I + G + ( X – M)

 

 

     3.Pendekatan Pendapatan

Diperoleh dengan cara menghitung jumlah balas jasa bruto (blm dipotong pajak) / hasil dari faktor produksi yang digunakan

PDB = sewa + upah + bunga + laba

Di mana sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, upah untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha.

Secara teori, PDB dengan pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus menghasilkan angka yang sama. Namun karena dalam praktek menghitung PDB dengan pendekatan pendapatan sulit dilakukan, maka yang sering digunakan adalah dengan pendekatan pengeluaran.

 

ü  PDB nominal atau PDB harga berlaku adalah PDB dimana produk akhir yang dihasilkan dinilai menurut harga pasar yang berlaku

ü  PDB riil atau PDB harga konstan, yaitu PDB dimana produk akhir yang dihasilkan dinilai menurut harga pada tahun tertentu yang sama.

ü  Deflator PDB atau deflator PDB harga implisit mencerminkan indeks harga secara mennyeluruh atau tingkat harga umum (P) yag terjadi dalam perekonomian.

ü 

ü 

ü 

ü  TPE rata-rata

 

B.   DESKRIPSI PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 1994 S.D. 2011 BERDASARKAN PDB RIIL DENGAN TAHUN 2000 SEBAGAI TAHUN DASAR

 

Berbicara masalah ekonomi dari sisi makro merupakan suatu hal yang menarik untuk dibahas dan dikaji. Menjadi menarik karena banyak pihak, baik secara individu maupun kelompok memperhatikan masalah makroekonomi ini. Makroekonomi menjelaskan perubahan ekonomi yang memengaruhi banyak rumah tangga, perusahaan, dan pasar. Ekonomi makro dapat digunakan untuk menganalisis cara terbaik untuk memengaruhi target-target kebijaksanaan dalam suatu negara, seperti pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, tenaga kerja dan kebijakan dalam sisi lainnya.

 Terdapat beberapa indikator ekonomi yang dapat digunakan untuk mengetahui kondisi perekonomian suatu negara. Salah satu indikator yang sering digunakan adalah data PDB (Produk Domestik Bruto). BPS mendefinisikan PDB sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Data PDB yang dipublikasikan terdiri dari data PDB atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar.

PDB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi suatu negara, sedangkan PDB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang, atau dapat juga diartikan sebagai kenaikan output total (PDB) dalam jangka panjang tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih kecil atau lebih besar dari pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan ekonomi ini sering dijadikan salah satu ukuran kinerja perekonomian suatu negara. Semakin tinggi nilai pertumbuhan ekonomi bisa dikatakan kinerja perekonomian semakin membaik.

Data PDB atas dasar harga kostan yang dikeluarkan oleh BPS menggunakan beberapa tahun dasar, yaitu  1993 dan 2000. Sehingga kita harus menyamakan tahun dasar terlebih dahulu jika ingin melihat pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Saat ini tahun dasar yang digunakan BPS adalah tahun 2000, maka kita samakan tahun dasarnya menjadi tahun 2000 agar lebih mudah dan lebih representatif dengan keadaan ekonomi saat ini. Penyamaan tahun dasar 1993 menjadi tahun dasar 2000 ini disebut backcasting. Perubahan tahun dasar (backcasting) dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

Backcasting PDB tahunan yang memiliki tahun dasar 1993 menjadi tahun dasar 2000 dan dimulai dari PDB tahun 2000 tahun dasar 1993.


dimana:

1994 - 2000



 

Dalam rumus di atas i didefinisikan sebagai periode tahun yang akan dirubah tahun dasarnya, rumus di atas mengambil contoh periode yang akan dirubah adalah dari tahun 1994 sampai 2000 sehingga i ditulis 1994-2000.

 

Setelah data PDB atas dasar harga konstan memiliki tahun dasar yang sama untuk setiap tahun yang akan dianalisis, maka kita dapat mencari besarnya nilai pertumbuhan ekonomi setiap tahunnya dengan rumus sebagai berikut:

 


 

dimana:


Analisis Deskriptif, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 1994-2011

 

Jika kita lakukan sebuah analisis deskriptif tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun 1994-2011 maka kita akan melihat laju pertumbuhan ekonomi yang cukup berfluktuatif. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada beberapa tahun menunjukan peningkatan dan pada tahun-tahun lainnya mengalami penurunan.

 

 

 

 

DATA PDB RIIL / HARGA KONSTAN 2000 (MILYAR RUPIAH) DAN LAJU PERTUMBUHAN  EKONOMI INDONESIA TAHUN 1994 S.D.2011
No
TAHUN
PDB riil /Harga Konstan 2000 (milyar rupiah)*)
Pertumbuhan (y-o-y) (%)
1
1994
1,238,312.10
2
1995
1,340,102.11
8.22
3
1996
1,444,871.97
7.81
4
1997
1,512,778.89
4.91
5
1998
1,314,202.17
-13.30
6
1999
1,324,600.90
0.79
7
2000
1,389,769.60
4.92
8
2001
1,442,984.60
3.45
9
2002
1,506,124.40
3.69
10
2003
1,577,171.00
4.10
11
2004
1,656,516.80
5.03
12
2005
1,750,815.20
5.69
13
2006
1,847,126.70
5.50
14
2007
1,939,629.90
6.35
15
2008
2,036,685.50
6.01
16
2009
2,178,850.40
4.63
17
2010
2,313,838.00
6.20
18
2011
2,463,242.00
6.46
*) Data PDB  sebelum tahun dasar (2000)  diperoleh dari hasil backcasting.

 

Untuk memperoleh angka laju pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun ( TPE y-o-y) telah dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus sbb;


 

Sebagai contoh perhitungan akan ditampilkan sbb; (untuk selanjutnya perhitungan menggunakan bantuan program spreadsheet)

 






 

            Angka ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi pada tahun 1995 sebesar 8.22 persen. Perhitungan ini didasarkan atas PDB riil atau PDB harga konstan tahun 2000.

 


Dari table dan grafik di tas dapat dideskripsikan bahwa pertumbuhan ekonomi paling rendah terjadi pada tahun 1998, dimana pertumbuhan ekonomi Indonesia pada saat itu adalah -13,30 persen dan menjadi pertumbuhan terendah yang pernah dimiliki oleh Indonesia. Perlambatan pertumbuhan ekonomi ini sebenarnya sudah mulai terjadi pada tahun 1997, pertumbuhan ekonomi saat itu sebesar 4,91 persen, turun sebesar 2,90 persen dari tahun sebelumnya. Kemudian pada tahun 1998 pertumbuhan ekonomi Indonesia turun lebih besar lagi akibat adanya krisis ekonomi, yaitu turun sampai 8,39 persen dari tahun sebelumnya. Pada tahun 1999 perekonomian Indonesia mulai membaik, hal ini terlihat dari angka pertumbuhan ekonomi yang berhasil naik 12,51 persen dari pertumbuhan tahun 1998.

 

    Pada tahun 2000, semua unsur pengeluaran agregat memberikan kontribusi yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kontribusi yang positif tersebut, terus berlanjut pada tahun 2001. Namun demikian, pada tahun 2002 meskipun pertumbuhan ekonomi relatif tetap, tetapi pembentukan modal tetap (investasi), ekspor dan impor memberikan kontribusi yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Kontribusi yang terbesar adalah dari konsumsi, terutama konsumsi pemerintah. Lemahnya respon kegiatan investasi yang memiliki efek pengganda (multiplier effect) yang lebih tinggi dari pada konsumsi disebabkan karena tingkat investasi yang masih rendah. Rendahnya realisasi investasi di Indonesia tidak terlepas dari iklim investasi yang masih belum kondusif, disamping masih relatif tingginya suku bunga kredit investasi. (Informasi dari Laporan BPS 2002)


               Pada periode pemulihan setelah krisis ekonomi (2000-2007) pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali naik. Pada tahun 2008 perekonomian dunia diguncangkan dengan adanya krisis global, namun adanya krisis global ini ternyata tidak terlalu berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak mengalami penurunan yang cukup berarti seperti saat periode krisis ekonomi, pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 6,01 persen, turun 0,33 persen dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2007.


               Dampak adanya krisis global ini justru baru dirasakan pada tahun 2009. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 ternyata mengalami penurunan yang lebih besar jika dibandingkan dengan penurunan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008. Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 4,63 persen, jika dibandingkan tahun 2008 pertumbuhan ekonomi tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 1,38 persen. Pada tahun 2010 kondisi perekonomian Indonesia kembali menunjukkan kondisi yang cukup baik, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2010 tumbuh 6,20 persen, meningkat dibandingkan tahun 2009 dan mampu lebih tinggi dari tahun 2008. Angka ini terus meningkat sampai tahun 2011 mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 6,46 persen.

                Berikut adalah perhitungan rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia selama kurun waktu tahun 1994 sampai tahun 2011, dengan menggunakan rumus berikut ini;


TPE rata-rata

TPE rata-rata

TPE rata-rata

TPE rata-rata

TPE rata-rata 9

TPE rata-rata

TPE rata-rata

TPE rata-rata

TPE rata-rata

TPE rata-rata

            Dari perhitungan di atas diperoleh hasil bahwa rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun 1994 sampai tahun 2011 sebesar 4,11 persen.          

    

C.    DESKRIPSI LAJU INFLASI INDONESIA TAHUN 1994 S.D. 2011 BERDASARKAN PDB NOMINAL

 

Inflasi adalah suatu keadaan dimana jumlah uang yang breeder di masyarakat lebih banyak dibandingkan dengan jumlah barang yang beredar, akibatnya harga barang-barang cenderung naik. Inflasi yang tinggi merupakan salah satu masalah yang serius dalam mekroekonomi, sehingga masalah ini telah menghasilkan berbagai penelitian dari zaman klasik sampai sekarang. Hasil dari pengendalian inflasi yang telah dilakukan oleh otoritas moneter maupun oleh pemerintah suatu Negara merupakan prestasi tersendiri dalam bidang pengendalian dua kebijakan makroekonomi. Kebalikan  dari inflasi adalah deflasi, yaitu suatu keadaan perekonomian dimana jumlah uang beredar di masyarakat lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah barang beredar, akibatnya harga barang cenderung turun atau rendah. Baik deflasi maupun inflasi, keduanya merupakan masalah makroekonomi yang perlu  dilakukan pengendalian yang melibatkan penerapan kebijakan fiscal dan moneter.

Dampak dari terjadinya inflasi yang cukup tinggi akan dirasakan oleh masyarakat secara langsung, dalam bentuk daya beli-nya yang semakin rendah, sehingga akan berpengaruh terhadap pendapatan nasional yang pada akhirnya akan mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi. Hal ini bisa dilihat pada kondisi perekonomian Indonesia tahun 1998, pada tahun tersebut,  tingkat inflasi Indonesia mencapai 75,27 persen . Pada tahun yang sama pertumbuhan ekonomi Indonesia mencatat rekor terrendah, yaitu sebesar -13,30  persen. (data dapat dilihat dalam tanel dan grafik di bawah).

Perhitungan tingkat inflasi akan manggunakan rumus sbb; (untuk tahun 1995 akan dijadikan sebagai contoh dalam perhitungan, untuk selanjutnya perhitungan akan menggunakan program spreadsheet)


 

Untuk memperoleh angka laju inflasi, kita memerlukan adanya angka mengenai deflator PDB atau deflator hahrga implisit yang mencerminkan indeks harga secara menyeluruh atau tingkat harga umum (P) yang terjadi dalam perekonomian.

Deflator PDB didefinisikan sebagai rasio PDB nominal terhadap PDB riil. Deflator PDB digunakan untuk menghitung tingkat inflasi (TI).

 

Berikut adalah rumus yang akan digunakan dalam menghitung deflator PDB;


 

 

Contoh perhitungan deflator PDB dan Tingkat Inflasi;

 


 


 


 


 


 

Dari hasil perhitungan deflator PDB ini, diperoleh angka bahwa deflator PDB tahun 1995 sebesar 33.92, hal yang sama kemudian dahitung lagi untuk deflator PDB tahun sebelumnya, sehingga diperoleh hasil sebesar 30,87 (lihat table di bawah)  kemudian kita akan menghitung tingkat inflasi sbb;


 


           

 


 


 


 

Dari perhitungan di atas diperoleh hasil bahwa tingkat inflasi pada tahun 1995 terhadap tahun 1994 sebesar 9.88 persen. Untuk perhitungan selanjutnya akan menggunakan program spreadsheet, sehingga diperoleh data sbb;

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DATA PDB HARGA KONSTAN 2000 (MILYAR RUPIAH) , PDB NOMINAL, DEFLATOR PDB DAN TINGKAT INFLASI INDONESIA TAHUN 1994 S.D.2011
No
TAHUN
PDB riil / Harga Konstan 2000 (milyar rupiah)*)
PDB Nominal (Harga berlaku)
Deflator PDB
Tingkat Inflasi (%)
1
1994
1,238,312.1
382,219.6
30.87
2
1995
1,340,102.1
454,514.1
33.92
9.88
3
1996
1,444,872.0
532,568.0
36.86
8.68
4
1997
1,512,778.9
627,695.4
41.49
12.57
5
1998
1,314,202.2
955,753.7
72.73
75.27
6
1999
1,324,600.9
1,099,731.7
83.02
14.16
7
2000
1,389,769.6
1,264,918.7
91.02
9.63
8
2001
1,442,984.6
1,449,398.1
100.44
10.36
9
2002
1,506,124.4
1,610,565.0
106.93
6.46
10
2003
1,577,171.0
1,786,690.0
113.28
5.94
11
2004
1,656,516.8
2,295,826.2
138.59
22.34
12
2005
1,750,815.2
2,774,281.1
158.46
14.33
13
2006
1,847,126.7
3,339,216.8
180.78
14.09
14
2007
1,939,629.9
3,950,893.2
203.69
12.68
15
2008
2,036,685.5
4,948,688.4
242.98
19.29
16
2009
2,178,850.4
5,606,203.4
257.30
5.89
17
2010
2,313,838.0
6,436,270.8
278.16
8.11
18
2011
2,463,242.0
7,427,086.1
301.52
8.40
*) Data yang telah diolah

 

 


Dari table dan garfik di atas dapat dideskripsikan bahwa laju inflasi Indonesia berfluktuatif dari tahun ke tahun. Angka yang sangat menonjol terjadi pada tahun 1998, seperti telah dipaparkan di atas. Setelah tahun tersebut, laju inflasi di Indonesia tidak begitu besar peningkatan atau penurunannya.

Berikut adalah grafik gabungan antara tingkat pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi yang terjadi di Indonesia pada kurun waktu tahun 1994 sampai dengan 2011.


Dari table dan grafik di atas terlihat bahwa baik laju inflasi maupun laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama kurun waktu 18 tahun, dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2011 telah mengalami perubahan secara berfluktuatif, seperti terlihat dari tahun 1995 laju inflasi mengalami sedikit penurunan sampai tahun 1996, dan laju pertumbuhan ekonomi pun mengalami penurunan yang tidak signifikan. Perubahan yang signifikan terjadi pada saat Indonesia menghadapi krisis moneter yang berimbas pada krisis multidimensi. Pada tahun ini inflasi menunjukkan angka yang cukup tinggi, yaitu sebesar 75.27 persen, sementara laju pertumbuhan ekonominya menunjukkan angka yang cukup rendah sepanjang sejarah perekonomian Indonesia yaitu sebesar -13.30 persen. Artinya telah terjadi depresi dalam perekonomian Indonesia. Angka ini terus mengalami perbaikkan pada tahun 1999 dengan laju inflasi sebesar 14.16 persen dan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 0,79 persen. Sebuah angka yang lebih baik jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Pergerakkan naik turun angka laju pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi di Indonesia berlangsung terus hingga tahun 2011. Pada tahun ini, perekonomian Indonesia berada dalam situasi yang cukup stabil, dimana pemerintah beserta otoritas moneter bekerja sama untuk mengendalikan situasi perekonomian.

 

 

       Sumber :

1.      Sumber Utama, Bahan diktat perkuliahan makroekonomi Pascasarjana UPI oleh Dosen DR. Kusnendi MS

2.      Sumber Penunjang:

1.      Case, Karl E. and ray C. Fair, Principles of Economics (edisi 8), Erlangga, Jakarta, 2006.

2.      Dornbush, Rudiger, Stanley Fisher and Richard Startz, Macroeconomics (edisi 8), PT Media Global Edukasi, Jakarta, 2004

3.      Sukirno, sadono,Makroekonomi (edisi 7). Jakarta: Raja Grafindo Persada,

4.      Manurung, Mandala dan Rahardja, Prathama, Teori Ekonomi Makro, Lembaga penerbit FEUI. 2004

5.      Berita Resmi BPS

6.      Beberapa sumber informasi yang diperoleh dari browsing di internet, seperti;

                                                              i.      http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_makro

                                                            ii.      http://www.bps.go.id/

                                                          iii.      http://www.bi.go.id/

 

 

1 komentar:

  1. Perkenalkan saya ayu. Saat ini saya sedang menyelesaikan skripsi saya. Tetapi saya terkendala di penyamaan tahun dasar antara GDP dan IHK dimana tahun dasar GDP riil dan IHK tidak ada yang sama. Jika bisa, saya ingin minta refrensi buku atau web yang bisa membantu menyelesaikan masalah saya ataupun mba bisa membantu saya dalam menyelesaikan masalah penyamaan tahun dasar ini? Terima kasih

    BalasHapus