DESKRIPSI PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN
1994 S.D. 2011
A. PENDAHULUAN
A.1.
Perkembangan Ilmu Ekonomi
A.2.
Perkembangan Makroekonomi
A.3.
Aspek Ontologi Makroekonomi
A.4.
Aspek Epistemologi Makroekonomi
A.5.
Aspek Aksiologi Makroekonomi
A.5.1.
Kebijakan Makroekonomi
A.5.2.
Siklus Aliran Pendapatan dan pengeluaran
A.5.3.
Perhitungan PDB
B. DESKRIPSI
PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 1994 S.D. 2011 BERDASARKAN PDB RIIL DENGAN
TAHUN 2000 SEBAGAI TAHUN DASAR
C. DESKRIPSI LAJU
INFLASI INDONESIA TAHUN 1994 S.D. 2011
A. PENDAHULUAN
Dalam bagian pendahuluan ini akan dipaparkan
mengenai sedikit penjabaran dalam pembelajaran makro ekonomi, teori dan
aplikasi yang telah difahami. Untuk kebenarannya, saya menantikan koreksi dari
Dosen yang telah memberikan banyak ilmunya (DR. Kusnendi MS) dan teman-teman
seperjuangan yang sama-sama mengikuti perkuliahan ini.
Sebelum mempelajari kembali Ilmu Ekonomi Makro,
Teori dan Aplikasinya, alangkah baiknya kalau untuk pendalaman materi pada
perkuliahan di pasca ini semua mahasiswa mengerti tentang konsep keilmuannya.
Sehingga dapat mengetahui keilmuan Ekonomi secara holistic dan radikal, dan
pada akhirnya diharapkan dapat menemukan suatu kebenaran hakiki yang dapat
memberikan kontribusi terhadap perkembangan keilmuan ekonomi.
Untuk itu, perkuliahan ini diawali dengan
pengenalan konsep dasar kelimuan secara umum. Dimulai dengan sebuah pertanyaan
yang mendasar; Apa Ilmu itu ? untuk menjawabnya kita bisa memandang dari 3 hal,
yaitu;
a.
Ilmu sebagai
proses, yaitu sebagai upaya manusia yang bersifat kognitif dan rasional
sehingga dapat menghasilkan sebuah penelitian,
b.
Ilmu sebagai
cara/metode, yaitu dengan menggunakan
metode tertentu (metode ilmiah) sehingga manusia dapat memperoleh pengetahuan
dengan benar
c.
Ilmu sebagai
produk, yaitu merupakan kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis.
Dari ke tiga hal tersebut, diharapkan dapat diperoleh pengetahuan yang
terklasifikasi, sistematis, dan terorganisasi berdasarkan satu atau lebih teori
serta sejumlah prinsip umum dengan tujuan mendeskripsikan, menjelaskan,
memprediksi, dan dalam situasi tertentu diharapkan dapat mengendalikan berbagai
kejadian alam maupun social.
Terdapat 3 pokok masalah keilmuan yang harus
dipecahkan oleh setiap keilmuan yang telah tersusun dalam suatu pengetahuan ,
yaitu;
a.
Aspek Ontologi;
menganai apa yang dipelajari atau apa yang menjadi objek studi ilmu ?
b.
Aspek Epistemologi;
menganai bagaimana ilmu dapat mempelajari objek studinya ? dan
c.
Aspek Aksiologi;
mengenai apa nilai guna dari ilmu tersebut ?
Untuk menjawab ketiga pertanyaan tersebut, akan
dibahas lebih lanjut. Namun sebelumnya pembahasan akan diarahkan pada
perkembangan ilmu ekonomi secara umum dan kemuidian dilanjutkan dengan
perkembangan ilmu ekonomi makro.
A.1. PERKEMBANGAN
ILMU EKONOMI
Perkembangan Ilmu ekonomi diawali dengan zaman
pra klasik yang terdiri dari dua aliran, yaitu fisiokrat dan merkantilis.
Aliran fisiokrat berpendapat bahwa kekayaan alam yang dimiliki suatu negara
dapat menyebabkan Negara tersebut mencapai kemakmurannya, sehingga Negara yang
makmur adalah Negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Tokoh aliran
ini dipelopori oleh Francious Quesnay, 1758. Berbeda dengan fisiokrat, aliran
merkantilis memandang bahwa suatu Negara akan makmur jika melakukan perdagangan
internasional, karena dengan melakukan perdagangan internasional, maka Negara
tersebut dapat memperoleh logam mulia (emas), jadi Negara yang makmur adalah
Negara yang memiliki emas terbanyak yang diperoleh dari perdagangan
internasionalnya.
Setelah kedua aliran ini, kemudian ilmu ekonomi berkembang
menjadi suatu keilmuan yang tersusun lebih sistematis oleh Adam Smith dalam bukunya yang berjudul An inquiry into the nature and the causes of the wealth of the nations
yang kemudian dikenal dengan the Wealth
of the nations. Kelahiran buku ini boleh dibilang sebagai kelahiran Ilmu
Ekonomi, sehingga adam smith dinobatkan sebagai bapak Ilmu Ekonomi. Dari
mempelajari Buku karangan adam Smith ini, telah melahirkan ilmuwan-ilmuwan baru
dalam bidang ekonomi, diantaranya; J.B Say (1803), J.S Mill, (1848),Thomas
R.Malthus (1798), Dafid Richardo (1817) yang kemudian dikenal dengan aliran
klasik. Salah satu teori yang mewakili aliran ini adalah “Supply creates its demand” yang lebih dikenal dengan supply side, yaitu suatu pendekatan yang lebih menekankan
pada sisi penawaran yang berarti bahwa jika ada penawaran, maka secara otomatis
(melalui konsep “infisible hand”-nya
Adam Smith) akan mendorong permintaannya (tanpa ada campur tangan dari
pemerintah, pemerintah hanya bertugas untuk menyediakan infrastrukrur ekonomi
dan social serta membuat peraturan-peraturan yang akan meningkatkan efisiensi
kegiatan di sector swasta). Dengan asumsi perekonomian selalu berada dalam
keadaan full employment.
Seiring dengan berjalannya waktu, teori-teori
yang ditemukan oleh aliran klasik bisa dibilang menenukan titik jenuh, dimana
asumsi yang dipergunakannya tidak lagi sesuai dengan harapan, kesampatan kerja
penuh yang diasumsikan ternyata telah meleset dari prediksi, terbukti pada tahun
1929-1932, perekonomian dunia menghadapi masa depresiasi yang sangat serius.
Dalam situasi seperti ini, John Mayed Keynes menemukan formula baru dalam ilmu
ekonomi, diantaranya teori-teorinya merupakan sanggahan atas teori klasik yang
pada waktu itu telah terbukti tidak dapat mengatasi masalah depresiasi ekonomi
dunia. Dalam Bukunya yang berjudul “The
General Theory of Employment, Interest and Money”, Keynes mengkritik
pendapat ahli ekonomi Klasik yang menyatakan bahwa perekonomian akan selalu
mencapai tingkat kesempatan kerja penuh. Menurut Keynes tingkat kegiatan dalam
perekonomian akan ditentukan oleh pembelanjaan agregat, produksi barang
ditentukan atas dasar permintaan, pemerintah harus ikut mangatur dalam
menentukan kebijakan makro ekonomi seperti investasi dalam penentuan tingkat
suku bunga. Dan teori lain yang merupakan sisi lain dari teori klasik adalah “Demad creates own supply” yang kemudian
dikenal dengan “ demand side”.
Dalam
perkembangannya kemudian muncul ilmuwan –ilmuwan yang mendukung teori klasik teori Keynes. Akhir tahun 1940,
muncullah neoclasikkal synthesis.
A.2. PERKEMBANGAN ILMU MAKROEKONOMI
Berawal dari adanya
dua aliran yang kemudian memunculkan para pendukungnya, sehingga ilmu ekonomi
tebagi atas dua mazhab, yaitu Keynesians dan Moneteris. Kedua mazhab ini
menimbulkan perdebatan terutama dalam penerapan kebijakan oleh pemerintah. Ada
dua kebijakan makroekonomi yang diperdebatkan, yaitu kebijakan fiscal atau
kebijakan anggaran yang diusung oleh pendukung keynesian dengan kebijakan
moneter yang diusung oleh pendukung moneteris. Menurut pandangan golongan
Keynesian kebijakan fiscal adalah efektif sebagai alat untuk meningkatkan
kegiatan ekonomi dan pendapatan nasional dan kebijakan moneter bukanlah suatu
alat yang efektif untuk meningkatkan kegiatan ekonomi, kebijakan moneter yang
tak terkendali manimbulkan liquidity trap
dalam perekonomian. Sedangkan menurut pandangan golongan moneteris kebijakan
fiscal adalah tidak efektif sebagai alat untuk meningkatkankegiatan ekonomi dan
pendapatan nasional, lebih jauh lagi golongan ini berpendapat bahwa kebijakan
fiscal yang dijalankan tanpa mempengaruhi penawaran uang akan menimbulkan efek crowding-out ke atas kegiatan investasi.
Debat ini
berlangsung dalam waktu yang cukup lama sampai terjadinya stagflasi tahun
1970-an. Dari tahap ini kemudian melahirkan teori rational Exrectation/(ratex) oleh John Muth dkk. Serta memunculkan telaah empiris (1970-1980)
oleh Robert Hall dkk. Kecenderungan perkembangan selanjutnya (1980 s.d
sekarang) terdapat tiga golongan dalam ilmu ekonomi yaitu New Keynesian, Growth Theory
dan New Classical Econimics.
A.3. ASPEK ONTOLOGI
MAKROEKONOMI
Yang menjadi objek
studi makroekonomi dapat dilihat dari pengertiannya yang dikemukakann oleh
beberapa ahli sbb;
a. Samuelson & Nordhaus (2005:66); “Macroeconomics: the study of economic
growth and business cycles”
b. Blanchard (2006:5); “Macroeconomics: The study of aggregate economic variables, such as
production for the economic as a whole, or the average price of goos”.
c. Mankiw (2007:2); “Makroekonomi, study tentang
perekonomian secara menyeluruh”.
d.
Froyen (2005:3); “In macroeconomics, we study … in the
aggregate. We look at the behavior of the economiy as a whole. The key
variables we study include total output in the economy, the aggregate price
level, employment and unemployment, interest rate, changing unemployment in
periiodes of expansion and recession, and appreciation or depreciation in
foreign exchange rates”.
Dari
pengertian tersebut, dapat dijabarkan bahwa makroekonomi mempelajari
perekonomian secara keseluruhan (agregatif) lebih jauhnya dalam makroekonomi
ini akan dipelajari 4 variabel ekonomi yang merupakan aspek dari dua kebijakan
ekonomi, yaitu Kebijakan moneter dan kebijakan fiscal. Variabel dalam kebijakan
fiscal meliputi pajak (Taxes), Pengeluaran
pemerintah (Government Expediture)
dan Transfer payment. Variabel kebijakan
moneter terdiri dari pengaturan atau pengendalian jumlah uang yang beredar di
masyarakat. Kedua kebijakan ini kemudian diarahkan untuk mengendalikan
perekonomian di suatu Negara agar berada dalam keadaan yang stabil atau
“sehat”.
Dengan
kata lain teori makroekonomi merupakan seperangkat konstruk, definisi, asumsi,
proposisi dan hipotesis tentang hubungan antarvariabel ekonomi agregarif dengan
tujuan menjelaskan dan memprediksi fenomena yang terjadi dalam kehidupan
ekonomi makro.
Fenomena
adalah suatu kejadian atau masalah yang harus dicari solusinya dalam makroekonomi.
Yang menjadi masalah dalam makroekonomi adalah;
a.
Jangka pendek,
masalah stabilitas: inflasi, pengangguran, ketimpangan naraca pembayaran, nilai
tukar mata uang domestic. Teori makroekonomi fluktuasi jangka pendek. Dengan
asumsi harga dan upah kaku/ rigid.
Masalah ini dapat dianalisis oleh berbagai model seperti; Model Klasik, Model
Keynesian Cross Analysis, Model IS-LM, Model AS – AD, dan real Business Cycles Model.
b.
Jangka panjang,
masalah pertumbuhan ekonomi. Teori makroekonomi fluktuasi jangka panjang.
Dengan asumsi harga dan upah fleksibel. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat
dianalisis melalui teori pertumbuhan ekonomi model klasik, Model Keynesian,
model Neo klasik maupun New Growth
Theory.
Mengenai
pertumbuhan ekonomi ini dapat dijelaskan melalui kurva kemungkinan produksi (“production possibility curve”) yaitu
kurva yang menggambarkan batas kemungkinan suatu masyarakat untuk memproduksi
berbagai kombinasi dua jenis barang dengan biaya/ anggaran yang sama dengan
jumlah yang terbatas. Kondisi ini disebut sebagai batas kemungkinan produksi “Production Possibility Frointer” (PPF).
Batas kemungkinan produksi ini dapat tercapai dengan asumsi seluruh sumber daya
yang ada dapat dipergunakan secara efisien.
Kurva
di atas menggmbarkan bahwa untuk memproduksi lebih banyak S, produksi B harus
dikurangi, dengan kata lain, harus ada pengorbanan/ harus ada barang lain yang
dikorbankan untuk memproduksi barang lain, mengingat keterbatasan anggaran (Opportunity cost).
Pertumbuhan
ekonomi suatu Negara dalam jangka panjang akan melalui suatu siklus ekonomi
yang melalui beberapa tahapan seperti;
a. Tahap ekspansi, rekoperi atau revival. Dalam
tahapan ini perekonomian dicirikan dengan pengeluaran investasi dunia usaha
mulai meningkat, sehingga pertumbuhan ekonomi mulai bergerak naik, PDB actual
dan kesempatan kerja mulai mengalami peningkatan.
b. Tahap Kulminasi, titik puncak, titik batas
tertinggi atau peak. Dalam tahapan ini perekonomian mencapai titik tertinggi.
Tingkat pertumbuhan ekonomi dan PDB actual relative tinggi, serta kesempatan
kerja relative besar.
c. Tahap resesi, kontraksi, atau krisis. Dalam tahap
ini kegiatan ekonomi mengalami gejala menurun “downturn”. Pengeluaran investasi mengalami penurunan, sehingga
pertumbuhan ekonomi, PDB actual, dann kesempatan kerja menunjukkan penurunan.
Jika gejala ini terjadi secara tiba-tiba, maka dinamakan kritis, tetapi jika gejala tersebut terjadi secara perlahan-lahan
disebut resesi.
d.
Tahap trough atau
titik terendah lower turning point. Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap
resesi. Dalam tahap ini kehidupan perekonomian berada dalam kondisi paling
rendah. Pengeluaran investasi turun drastic, sehingga pertumbuhan ekonomi, PDB
actual dan kesempatan kerja mengalami penurunan yang tajam. Depresiasi adalah trough paling rendah
yang pernah dialami oleh suatu perekonomian.
A.4. ASPEK EPISTEMOLOGI
MAKROEKONOMI
Aspek
epistemology berkenaan dengan bagaimana sebuah ilmu dapat mempelajari objek
studinya. Ilmu mempelajari objek studinya dengan menggunakan metode keilmuan
atau metode ilmiah, gabungan antara cara berfikir deduktif (yang dikembangkan
aliran filsafat rasionalisme) dan cara berfikir induktif ( yang dikembangkan
aliran filsafat empirisme), yang sering juga disebut sebagai proses logico-hypotetico-verificatif. Merumuskan
masalah, menyusun kerangka berfikir, merumuskan hipotesis, mengumpulkan dan
analisis data, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan.
Dalam
makroekonomi, aspek epistemology berkenan dengan bagaimana seorang ilmuwan atau
peneliti makroekonomi melihat fenomena (misal; terjadinya inflasi) yang muncul
di masyarakat dalam suatu negara untuk kemudian dilakukan pengumpulan data
(bisa dengan cross section, Time series, ataupun Pooled data) yang selanjutnya
dilakukan pengukuran berdasarkan statistic makroekonomi dengan menggunakan
variable makroekonomi yang dianalisis dengan model makroekonomi.
Variabel
makro ekonomi adalah besaran yang dapat diukur (atau yang dapat dilaksanakan),
yang nilainya dapat berubah-ubah. (Ackley, 1978:6). Variable Makroekonomi
terdiri dari
a. Pendapatan Nasional (Y)
b. Pengeluaran konsumsi rumah tangga (C)
c. Pengeluaran konsumsi pemerintah (G)
d. Pengeluaran Investasi (I)
e. Tingkat Agregat atau harga Umum (P)
f.
Jumlah Uang beredar
(M)
g. Ekspor (X)
h. Impor (M)
i.
Permintaan uang (L)
j.
Pajak (TX)
k. Tabungan Nasional (S)
l.
Tingkat suku bunga
(i)
m. Kurs valuta asing (E)
n. Permintaan dan penawaran tenaga kerja (Nd dan Ns),
o. Tingkat upah agregar (W)
p. Volume kesempatan kerja (N)
Dalam
teori makroekonomi, semua variable yang dipelajari sekurang-kurangnya diukur
dalam skala interval (dapat dikuantitatifkan secara interval). Variabel yang
tidak dapat diukur secara interval atau yang tidak dapat dikuantitatifkan, para
ekonom mengklasifikasikannya sebagai dummy
variable.
A.5. ASPEK AKSIOLOGI
MAKROEKONOMI
Aspek aksiologi meliputi apa nilai guna dari
teori makroekonomi ? ilmu makroekonomi secara positif dapat menjelaskan dan
memprediksikan fenomena-fenomena atau masalah makroekonomi baik jangka pendek maupun
jangka panjang. Secara normative, ilmu makroekonomi memiliki kegunaan dalam
mengendalikan fenomena yang muncul, yaitu dengan menerapkan kebijakan
makroekonomi sehingga dapat tercapai prestasi ekonomi seperti;
a.
Inflasi yang rendah
b.
Tingkat kesempatan kerja
yang tinggi/ Tingkat pengangguran rendah
c.
Neraca pembayaran
yang berimbang
d.
Nilai mata uang
domestic stabil
e. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil
A.5.1.
KEBIJAKAN MAKROEKONOMI
Terdapat
dua kebijakan makroekonomi yang dapat dipergunakan untuk mengandalikan
perekonomian agar tercapai prestasi ekonomi, yaitu
a.
Kebijakan Fiskal/
Kebijakan anggaran
Yaitu upaya pemerintah untuk mempengaruhi
kehidupan makroekonomi yang dilakukan memalui system perpajakan (Tx) dan
belanja Negara ; pengeluaran konsumsi pemerintah (G), dan pembayaran transfer
(Tr).
b.
Kebijakan Moneter
Yaitu upaya pemerintah melalui otoritas moneter
(bank central) untuk mempengaruhi kehidupan makroekonomi dengan cara
mengendalikan jumlah uang beredar, tingkat bunga, dan kredit.
Dari kedua kebijakan tersebut, diharapkan dapat
tercapai prestasi ekonomi sehingga pendapatan perkapita naik secara
berkelanjutan.
Contoh kasus pengendalian makroekonomi; pada saat
terjadi inflasi, maka dua kebijakan dapat diterapkan untuk mengandalikannya
yaitu dengan tigt money policy, sbb;
a.
Melalui kebijakan
moneter, pengendalian inflasi bisa dilakukan dengan menarik jumlah uang yang
beredar di masyarakat dengan cara, pertama
menaikkan tingkat suku bunga bank, kedua menaikkan cadangan minimum bank
umum di bank central, ketiga menaikkan
cash ratio, keempat menjual
surat-surat berharga pasar modal (Open
market operation), kelima memberikan kredit secara selektif (credit selective control).
b.
Melalui kebijakan
fiscal, pengendalian inflasi bisa dilakukan dengan menaikkan pajak atau mengurangi
subsidi.
A.5.2.
PELAKU EKONOMI
Dalam
makroekonomi terdapat 4 pelaku, yaitu;
a.
Sektor rumah
tangga. Adalah pemilik dan supplier factor produksi. Pembelanjaan yang
dilakukan oleh sector ini disebut konsumsi
(C)
b.
Sektor bisnis.
Adalah pelaksana kegiatan produksi. Pengeluaran sector ini untuk pembentukan
modal diebut pembentukakn modal tetap domestic bruto atau pengeluaran investasi
(I).
c.
Sektor pemerintah.
Penyedia barang public dan pengatur kehidupan makroekonomi. Sisi penerimaan
sumber utamanya diperoleh dari pajak (Tx) sedang sisipengeluaran meliputi
pengeluaran konsumsi pemerintah (G), dan pembayaran transfer (tr)
d.
Sektor luarnegeri.
Adalah Negara lain yang melakukan perdagangan dengan sector rumah tangga maupun
dengan sector bisnis. Perdagangan ini ditandai dengan adanya ekspor (X) dan
impor (M)
A.5.3.
PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) DAN PERTUMBUHAN
EKONOMI
PDB diartikan sebagai nilai
keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah tersebut
dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun). PDB berbeda dari produk
nasional bruto karena memasukkan pendapatan faktor produksi dari luar negeri
yang bekerja di negara tersebut. Sehingga PDB hanya menghitung total produksi
dari suatu negara tanpa memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan dengan memakai
faktor produksi dalam negeri atau tidak. Sebaliknya, PNB memperhatikan asal
usul faktor produksi yang digunakan.
PDB Nominal (atau disebut PDB Atas
Dasar Harga Berlaku) merujuk kepada nilai PDB tanpa memperhatikan pengaruh
harga. Sedangkan PDB riil (atau disebut PDB Atas Dasar Harga Konstan)
mengoreksi angka PDB nominal dengan memasukkan pengaruh dari harga.
Analisa Mekanisme (kinerja) Ekonomi
Nasional berdasar PDB melalui 3 pendekatan,yaitu :
1.
Pendekatan Produksi
2.
Pendekatan Pengeluaran/Pembelanjaan
3.
Pendekatan Pendapatan
1.Pendekatan Produksi
Pendekatan produksi diperoleh dengan
cara menjumlahkan nilai tambah (value added) dari semua sektor produksi. Lalu,
besarnya nilai produksi diperoleh dari mana ?
Besarnya nilai produksi (angka-angka PDB)
diperoleh dari :
nilai tambah (value added) dari berbagai jenis barang & jasa , yaitu sesuai dengan ISIC (International Standard Industrial Classification)
sektor industri dapat diklasifikasikan menjadi 11 sektor industri, yg biasanya terbagi mjd 3 kelompok besar :
nilai tambah (value added) dari berbagai jenis barang & jasa , yaitu sesuai dengan ISIC (International Standard Industrial Classification)
sektor industri dapat diklasifikasikan menjadi 11 sektor industri, yg biasanya terbagi mjd 3 kelompok besar :
1.Sektor Primer
2.Sektor Sekunder
3.Sektor Tersier
Besarnya ‘value added’ tiap sektor, (yi) adalah;
VAs = OPs – Ips
Value
added atau nilai tambah = Nilai Output – Nilai Input
Sedangkan nilai PDB-nya diperoleh dengan :
PDB = VAsp + VAss + Vast
PDB = Nilai tambah
Sektor primer +Nilai tambah sector sekunder + Nilai tambah sector tersier.
2.Pendekatan Pengeluaran/Pembelanjaan
Perhitungan dilakukan dengan cara
menjumlahkan permintaan akhir dari unit/komponen-komponen ekonomi, yaitu:
a.
Konsumsi Rumah Tangga (RT)=C
b.
Perusahaan, berupa
investasi/pembentukan modal bruto =I
c.
Pengeluaran Pemerintah
(konsumsi/belanja pemerintah) =G
d.
Expor – Impor =( X – M )
Dalam Keseimbangan Perekonomian
Nasional, sering di formulasikan dalam persamaan sbb:
PDB = C + I + G + ( X – M)
3.Pendekatan
Pendapatan
Diperoleh dengan cara menghitung
jumlah balas jasa bruto (blm dipotong pajak) / hasil dari faktor produksi yang
digunakan
PDB = sewa + upah + bunga + laba
Di mana sewa adalah pendapatan pemilik
faktor produksi tetap seperti tanah, upah untuk tenaga kerja, bunga untuk
pemilik modal, dan laba untuk pengusaha.
Secara teori, PDB dengan pendekatan
pengeluaran dan pendapatan harus menghasilkan angka yang sama. Namun karena
dalam praktek menghitung PDB dengan pendekatan pendapatan sulit dilakukan, maka
yang sering digunakan adalah dengan pendekatan pengeluaran.
ü
PDB nominal atau PDB harga berlaku adalah PDB
dimana produk akhir yang dihasilkan dinilai menurut harga pasar yang berlaku
ü
PDB riil atau PDB harga konstan, yaitu PDB
dimana produk akhir yang dihasilkan dinilai menurut harga pada tahun tertentu
yang sama.
ü
Deflator PDB atau deflator PDB harga implisit
mencerminkan indeks harga secara mennyeluruh atau tingkat harga umum (P) yag terjadi
dalam perekonomian.
ü
ü
ü
ü
TPE rata-rata
B. DESKRIPSI PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN
1994 S.D. 2011 BERDASARKAN PDB RIIL DENGAN TAHUN 2000 SEBAGAI TAHUN DASAR
Berbicara masalah ekonomi dari sisi makro merupakan
suatu hal yang menarik untuk dibahas dan dikaji. Menjadi menarik karena banyak
pihak, baik secara individu maupun kelompok memperhatikan masalah makroekonomi
ini. Makroekonomi menjelaskan perubahan ekonomi yang memengaruhi banyak rumah
tangga, perusahaan, dan pasar. Ekonomi makro dapat digunakan untuk menganalisis
cara terbaik untuk memengaruhi target-target kebijaksanaan dalam suatu negara,
seperti pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, tenaga kerja dan kebijakan dalam
sisi lainnya.
Terdapat
beberapa indikator ekonomi yang dapat digunakan untuk mengetahui kondisi
perekonomian suatu negara. Salah satu indikator yang sering digunakan adalah
data PDB (Produk Domestik Bruto). BPS mendefinisikan PDB sebagai jumlah nilai
tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu,
atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh
unit ekonomi. Data PDB yang dipublikasikan terdiri dari data PDB atas dasar
harga berlaku dan atas dasar harga konstan. PDB atas dasar harga berlaku
menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang
berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan menunjukkan
nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku
pada satu tahun tertentu sebagai dasar.
PDB atas dasar harga berlaku dapat digunakan
untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi suatu negara, sedangkan PDB atas
dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun
ke tahun. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai proses kenaikan output
per kapita dalam jangka panjang, atau dapat juga diartikan sebagai kenaikan
output total (PDB) dalam jangka panjang tanpa memandang apakah kenaikan itu
lebih kecil atau lebih besar dari pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan ekonomi ini
sering dijadikan salah satu ukuran kinerja perekonomian suatu negara. Semakin
tinggi nilai pertumbuhan ekonomi bisa dikatakan kinerja perekonomian semakin
membaik.
Data PDB atas dasar harga kostan yang dikeluarkan
oleh BPS menggunakan beberapa tahun dasar, yaitu 1993 dan 2000. Sehingga kita harus menyamakan
tahun dasar terlebih dahulu jika ingin melihat pertumbuhan ekonomi dari tahun
ke tahun. Saat ini tahun dasar yang digunakan BPS adalah tahun 2000, maka kita
samakan tahun dasarnya menjadi tahun 2000 agar lebih mudah dan lebih
representatif dengan keadaan ekonomi saat ini. Penyamaan tahun dasar 1993
menjadi tahun dasar 2000 ini disebut backcasting. Perubahan tahun dasar
(backcasting) dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
Backcasting PDB tahunan yang
memiliki tahun dasar 1993 menjadi tahun dasar 2000 dan dimulai dari PDB tahun
2000 tahun dasar 1993.
dimana:
1994 - 2000
|
Dalam rumus di atas i didefinisikan
sebagai periode tahun yang akan dirubah tahun dasarnya, rumus di atas mengambil
contoh periode yang akan dirubah adalah dari tahun 1994 sampai 2000 sehingga i
ditulis 1994-2000.
Setelah data PDB atas dasar harga konstan
memiliki tahun dasar yang sama untuk setiap tahun yang akan dianalisis, maka
kita dapat mencari besarnya nilai pertumbuhan ekonomi setiap tahunnya dengan
rumus sebagai berikut:
dimana:
Analisis
Deskriptif, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 1994-2011
Jika kita lakukan sebuah analisis deskriptif
tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun 1994-2011 maka kita akan
melihat laju pertumbuhan ekonomi yang cukup berfluktuatif. Pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada beberapa tahun menunjukan peningkatan dan pada tahun-tahun
lainnya mengalami penurunan.
DATA PDB RIIL / HARGA KONSTAN
2000 (MILYAR RUPIAH) DAN LAJU PERTUMBUHAN
EKONOMI INDONESIA TAHUN 1994 S.D.2011
|
|||
No
|
TAHUN
|
PDB riil /Harga Konstan 2000 (milyar rupiah)*)
|
Pertumbuhan (y-o-y) (%)
|
1
|
1994
|
1,238,312.10
|
|
2
|
1995
|
1,340,102.11
|
8.22
|
3
|
1996
|
1,444,871.97
|
7.81
|
4
|
1997
|
1,512,778.89
|
4.91
|
5
|
1998
|
1,314,202.17
|
-13.30
|
6
|
1999
|
1,324,600.90
|
0.79
|
7
|
2000
|
1,389,769.60
|
4.92
|
8
|
2001
|
1,442,984.60
|
3.45
|
9
|
2002
|
1,506,124.40
|
3.69
|
10
|
2003
|
1,577,171.00
|
4.10
|
11
|
2004
|
1,656,516.80
|
5.03
|
12
|
2005
|
1,750,815.20
|
5.69
|
13
|
2006
|
1,847,126.70
|
5.50
|
14
|
2007
|
1,939,629.90
|
6.35
|
15
|
2008
|
2,036,685.50
|
6.01
|
16
|
2009
|
2,178,850.40
|
4.63
|
17
|
2010
|
2,313,838.00
|
6.20
|
18
|
2011
|
2,463,242.00
|
6.46
|
*) Data PDB sebelum tahun
dasar (2000) diperoleh dari hasil
backcasting.
|
Untuk memperoleh angka laju pertumbuhan
ekonomi dari tahun ke tahun ( TPE y-o-y) telah dilakukan perhitungan dengan
menggunakan rumus sbb;
Sebagai contoh
perhitungan akan ditampilkan sbb; (untuk selanjutnya perhitungan menggunakan
bantuan program spreadsheet)
Angka ini menunjukkan bahwa
pertumbuhan ekonomi pada tahun 1995 sebesar 8.22 persen. Perhitungan ini
didasarkan atas PDB riil atau PDB harga konstan tahun 2000.
Dari table dan
grafik di tas dapat dideskripsikan bahwa pertumbuhan ekonomi paling rendah
terjadi pada tahun 1998, dimana pertumbuhan ekonomi Indonesia pada saat itu
adalah -13,30 persen dan menjadi pertumbuhan terendah yang pernah dimiliki oleh
Indonesia. Perlambatan pertumbuhan ekonomi ini sebenarnya sudah mulai terjadi
pada tahun 1997, pertumbuhan ekonomi saat itu sebesar 4,91 persen, turun
sebesar 2,90 persen dari tahun sebelumnya. Kemudian pada tahun 1998 pertumbuhan
ekonomi Indonesia turun lebih besar lagi akibat adanya krisis ekonomi, yaitu
turun sampai 8,39 persen dari tahun sebelumnya. Pada tahun 1999 perekonomian
Indonesia mulai membaik, hal ini terlihat dari angka pertumbuhan ekonomi yang
berhasil naik 12,51 persen dari pertumbuhan tahun 1998.
Pada tahun 2000, semua
unsur pengeluaran agregat memberikan kontribusi yang positif terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kontribusi yang positif tersebut, terus
berlanjut pada tahun 2001. Namun demikian, pada tahun 2002 meskipun pertumbuhan
ekonomi relatif tetap, tetapi pembentukan modal tetap (investasi), ekspor dan
impor memberikan kontribusi yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Kontribusi yang terbesar adalah dari konsumsi, terutama konsumsi pemerintah.
Lemahnya respon kegiatan investasi yang memiliki efek pengganda (multiplier
effect) yang lebih tinggi dari pada konsumsi disebabkan karena tingkat
investasi yang masih rendah. Rendahnya realisasi investasi di Indonesia tidak
terlepas dari iklim investasi yang masih belum kondusif, disamping masih
relatif tingginya suku bunga kredit investasi. (Informasi dari Laporan BPS 2002)
Pada periode pemulihan setelah krisis ekonomi (2000-2007) pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali naik. Pada tahun 2008 perekonomian dunia diguncangkan dengan adanya krisis global, namun adanya krisis global ini ternyata tidak terlalu berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak mengalami penurunan yang cukup berarti seperti saat periode krisis ekonomi, pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 6,01 persen, turun 0,33 persen dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2007.
Dampak adanya krisis global ini justru baru dirasakan pada tahun 2009. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 ternyata mengalami penurunan yang lebih besar jika dibandingkan dengan penurunan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008. Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 4,63 persen, jika dibandingkan tahun 2008 pertumbuhan ekonomi tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 1,38 persen. Pada tahun 2010 kondisi perekonomian Indonesia kembali menunjukkan kondisi yang cukup baik, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2010 tumbuh 6,20 persen, meningkat dibandingkan tahun 2009 dan mampu lebih tinggi dari tahun 2008. Angka ini terus meningkat sampai tahun 2011 mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 6,46 persen.
Berikut adalah perhitungan rata-rata
pertumbuhan ekonomi Indonesia selama kurun waktu tahun 1994 sampai tahun 2011,
dengan menggunakan rumus berikut ini;
TPE rata-rata
TPE rata-rata
TPE rata-rata
TPE rata-rata
TPE rata-rata
9
TPE rata-rata
TPE rata-rata
TPE rata-rata
TPE rata-rata
TPE rata-rata
Dari perhitungan di atas diperoleh hasil bahwa
rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun 1994 sampai tahun 2011 sebesar
4,11 persen.
C. DESKRIPSI LAJU INFLASI INDONESIA TAHUN 1994
S.D. 2011 BERDASARKAN PDB NOMINAL
Inflasi adalah
suatu keadaan dimana jumlah uang yang breeder di masyarakat lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah barang yang beredar, akibatnya harga barang-barang
cenderung naik. Inflasi yang tinggi merupakan salah satu masalah yang serius dalam
mekroekonomi, sehingga masalah ini telah menghasilkan berbagai penelitian dari
zaman klasik sampai sekarang. Hasil dari pengendalian inflasi yang telah
dilakukan oleh otoritas moneter maupun oleh pemerintah suatu Negara merupakan
prestasi tersendiri dalam bidang pengendalian dua kebijakan makroekonomi.
Kebalikan dari inflasi adalah deflasi,
yaitu suatu keadaan perekonomian dimana jumlah uang beredar di masyarakat lebih
sedikit dibandingkan dengan jumlah barang beredar, akibatnya harga barang
cenderung turun atau rendah. Baik deflasi maupun inflasi, keduanya merupakan
masalah makroekonomi yang perlu
dilakukan pengendalian yang melibatkan penerapan kebijakan fiscal dan
moneter.
Dampak dari
terjadinya inflasi yang cukup tinggi akan dirasakan oleh masyarakat secara langsung,
dalam bentuk daya beli-nya yang semakin rendah, sehingga akan berpengaruh
terhadap pendapatan nasional yang pada akhirnya akan mempengaruhi laju
pertumbuhan ekonomi. Hal ini bisa dilihat pada kondisi perekonomian Indonesia
tahun 1998, pada tahun tersebut, tingkat
inflasi Indonesia mencapai 75,27 persen . Pada tahun yang sama pertumbuhan
ekonomi Indonesia mencatat rekor terrendah, yaitu sebesar -13,30 persen. (data dapat dilihat dalam tanel dan
grafik di bawah).
Perhitungan tingkat
inflasi akan manggunakan rumus sbb; (untuk tahun 1995 akan dijadikan sebagai
contoh dalam perhitungan, untuk selanjutnya perhitungan akan menggunakan
program spreadsheet)
Untuk memperoleh angka laju inflasi,
kita memerlukan adanya angka mengenai deflator PDB atau deflator hahrga
implisit yang mencerminkan indeks harga secara menyeluruh atau tingkat harga
umum (P) yang terjadi dalam perekonomian.
Deflator PDB didefinisikan sebagai
rasio PDB nominal terhadap PDB riil. Deflator PDB digunakan untuk menghitung
tingkat inflasi (TI).
Berikut adalah rumus yang akan
digunakan dalam menghitung deflator PDB;
Contoh perhitungan deflator PDB dan Tingkat
Inflasi;
Dari hasil
perhitungan deflator PDB ini, diperoleh angka bahwa deflator PDB tahun 1995
sebesar 33.92, hal yang sama kemudian dahitung lagi untuk deflator PDB tahun
sebelumnya, sehingga diperoleh hasil sebesar 30,87 (lihat table di bawah) kemudian kita akan menghitung tingkat inflasi
sbb;
Dari perhitungan di atas diperoleh
hasil bahwa tingkat inflasi pada tahun 1995 terhadap tahun 1994 sebesar 9.88
persen. Untuk perhitungan selanjutnya akan menggunakan program spreadsheet,
sehingga diperoleh data sbb;
DATA PDB HARGA KONSTAN 2000
(MILYAR RUPIAH) , PDB NOMINAL, DEFLATOR PDB DAN TINGKAT INFLASI INDONESIA
TAHUN 1994 S.D.2011
|
|||||
No
|
TAHUN
|
PDB riil / Harga Konstan 2000 (milyar rupiah)*)
|
PDB Nominal (Harga berlaku)
|
Deflator PDB
|
Tingkat Inflasi (%)
|
1
|
1994
|
1,238,312.1
|
382,219.6
|
30.87
|
|
2
|
1995
|
1,340,102.1
|
454,514.1
|
33.92
|
9.88
|
3
|
1996
|
1,444,872.0
|
532,568.0
|
36.86
|
8.68
|
4
|
1997
|
1,512,778.9
|
627,695.4
|
41.49
|
12.57
|
5
|
1998
|
1,314,202.2
|
955,753.7
|
72.73
|
75.27
|
6
|
1999
|
1,324,600.9
|
1,099,731.7
|
83.02
|
14.16
|
7
|
2000
|
1,389,769.6
|
1,264,918.7
|
91.02
|
9.63
|
8
|
2001
|
1,442,984.6
|
1,449,398.1
|
100.44
|
10.36
|
9
|
2002
|
1,506,124.4
|
1,610,565.0
|
106.93
|
6.46
|
10
|
2003
|
1,577,171.0
|
1,786,690.0
|
113.28
|
5.94
|
11
|
2004
|
1,656,516.8
|
2,295,826.2
|
138.59
|
22.34
|
12
|
2005
|
1,750,815.2
|
2,774,281.1
|
158.46
|
14.33
|
13
|
2006
|
1,847,126.7
|
3,339,216.8
|
180.78
|
14.09
|
14
|
2007
|
1,939,629.9
|
3,950,893.2
|
203.69
|
12.68
|
15
|
2008
|
2,036,685.5
|
4,948,688.4
|
242.98
|
19.29
|
16
|
2009
|
2,178,850.4
|
5,606,203.4
|
257.30
|
5.89
|
17
|
2010
|
2,313,838.0
|
6,436,270.8
|
278.16
|
8.11
|
18
|
2011
|
2,463,242.0
|
7,427,086.1
|
301.52
|
8.40
|
*) Data yang telah
diolah
|
Dari table dan
garfik di atas dapat dideskripsikan bahwa laju inflasi Indonesia berfluktuatif
dari tahun ke tahun. Angka yang sangat menonjol terjadi pada tahun 1998,
seperti telah dipaparkan di atas. Setelah tahun tersebut, laju inflasi di
Indonesia tidak begitu besar peningkatan atau penurunannya.
Berikut adalah
grafik gabungan antara tingkat pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi yang
terjadi di Indonesia pada kurun waktu tahun 1994 sampai dengan 2011.
Dari table dan
grafik di atas terlihat bahwa baik laju inflasi maupun laju pertumbuhan ekonomi
di Indonesia selama kurun waktu 18 tahun, dari tahun 1994 sampai dengan tahun
2011 telah mengalami perubahan secara berfluktuatif, seperti terlihat dari
tahun 1995 laju inflasi mengalami sedikit penurunan sampai tahun 1996, dan laju
pertumbuhan ekonomi pun mengalami penurunan yang tidak signifikan. Perubahan
yang signifikan terjadi pada saat Indonesia menghadapi krisis moneter yang
berimbas pada krisis multidimensi. Pada tahun ini inflasi menunjukkan angka
yang cukup tinggi, yaitu sebesar 75.27 persen, sementara laju pertumbuhan
ekonominya menunjukkan angka yang cukup rendah sepanjang sejarah perekonomian
Indonesia yaitu sebesar -13.30 persen. Artinya telah terjadi depresi dalam
perekonomian Indonesia. Angka ini terus mengalami perbaikkan pada tahun 1999
dengan laju inflasi sebesar 14.16 persen dan laju pertumbuhan ekonomi sebesar
0,79 persen. Sebuah angka yang lebih baik jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pergerakkan naik
turun angka laju pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi di Indonesia berlangsung
terus hingga tahun 2011. Pada tahun ini, perekonomian Indonesia berada dalam
situasi yang cukup stabil, dimana pemerintah beserta otoritas moneter bekerja
sama untuk mengendalikan situasi perekonomian.
Sumber :
1.
Sumber Utama, Bahan
diktat perkuliahan makroekonomi Pascasarjana UPI oleh Dosen DR. Kusnendi MS
2.
Sumber Penunjang:
1.
Case, Karl E. and
ray C. Fair, Principles of Economics
(edisi 8), Erlangga, Jakarta, 2006.
2.
Dornbush, Rudiger,
Stanley Fisher and Richard Startz, Macroeconomics
(edisi 8), PT Media Global Edukasi, Jakarta, 2004
3.
Sukirno, sadono,Makroekonomi (edisi 7). Jakarta: Raja
Grafindo Persada,
4.
Manurung, Mandala
dan Rahardja, Prathama, Teori Ekonomi Makro,
Lembaga penerbit FEUI. 2004
5.
Berita Resmi BPS
6.
Beberapa sumber informasi
yang diperoleh dari browsing di internet, seperti;
Perkenalkan saya ayu. Saat ini saya sedang menyelesaikan skripsi saya. Tetapi saya terkendala di penyamaan tahun dasar antara GDP dan IHK dimana tahun dasar GDP riil dan IHK tidak ada yang sama. Jika bisa, saya ingin minta refrensi buku atau web yang bisa membantu menyelesaikan masalah saya ataupun mba bisa membantu saya dalam menyelesaikan masalah penyamaan tahun dasar ini? Terima kasih
BalasHapus